Cara Pembuatan Pupuk Organik dan Pembenah Tanah Ala Bayu Diningrat

FIFARM--Bayu Diningrat, melalui komunitas sosial Bayu Sehat Mandiri (BSM), telah menjadi pelopor pertanian organik terpadu di Indonesia. Salah satu fokus utama pelatihan BSM adalah pembuatan pupuk organik dan pembenah tanah, yang dirancang untuk mengembalikan kesuburan tanah, mengurangi ketergantungan pada bahan kimia, dan meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan. Metode ini diajarkan secara praktis dalam pelatihan intensif selama dua hari di pusat pelatihan seperti BSM Center Sumber Waras (Banyuwangi) dan BSM Center Lembah Kamulyan (Magelang).
Latar Belakang dan Filosofi
Bayu Diningrat percaya bahwa kunci pertanian organik adalah tanah yang sehat. Tanah yang subur, kaya mikroorganisme, dan memiliki struktur baik akan menghasilkan tanaman yang kuat tanpa memerlukan pupuk kimia atau pestisida. Namun, banyak lahan pertanian di Indonesia telah rusak akibat penggunaan bahan kimia berlebihan, erosi, dan praktik monokultur. Untuk mengatasi masalah ini, pelatihan BSM mengajarkan petani cara membuat pupuk organik dan pembenah tanah menggunakan bahan lokal yang murah dan mudah didapat, seperti limbah pertanian, kotoran ternak, dan mikroorganisme alami. Pendekatan ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga ekonomis, memungkinkan petani skala kecil untuk menerapkannya tanpa modal besar.
Pelatihan BSM menekankan tiga prinsip utama dalam pembuatan pupuk organik dan pembenah tanah:
Kemandirian: Petani diajarkan memanfaatkan sumber daya lokal untuk mengurangi ketergantungan pada produk komersial.
Keberlanjutan: Proses fermentasi dan penggunaan mikroorganisme mendukung siklus alami tanah dan tanaman.
Efisiensi: Teknik sederhana dengan hasil maksimal, cocok untuk lahan kecil hingga besar.
Metode Pembuatan Pupuk Organik
Bayu Diningrat mengajarkan beberapa jenis pupuk organik yang dapat dibuat oleh petani dengan bahan yang tersedia di lingkungan sekitar. Berikut adalah metode utama yang diajarkan dalam pelatihan BSM:
1. Pupuk Kompos Berkualitas Tinggi
Deskripsi: Pupuk kompos adalah campuran bahan organik yang difermentasi untuk menghasilkan nutrisi yang mudah diserap tanaman. Kompos ini kaya nitrogen, fosfor, kalium, dan mikroorganisme yang mendukung kesuburan tanah.
Bahan:
Kotoran ternak (sapi, kambing, atau ayam): 50–60 kg.
Limbah pertanian (jerami, kulit kopi, dedak padi, ampas tahu): 20–30 kg.
Mikroorganisme efektif (EM4 atau larutan gula merah): 1–2 liter.
Air: secukupnya untuk menjaga kelembapan.
Proses Pembuatan:
Persiapan Bahan: Campur kotoran ternak dan limbah pertanian dalam rasio 2:1. Pastikan bahan limbah dicacah kecil untuk mempercepat dekomposisi.
Penambahan Mikroorganisme: Larutkan 1 liter EM4 dalam 10 liter air, atau gunakan larutan gula merah (1 kg gula merah dilarutkan dalam 10 liter air). Siram larutan ini ke campuran bahan hingga lembap (seperti spons yang diperas).
Fermentasi: Tumpuk campuran di tempat teduh, tutup dengan terpal untuk menjaga kelembapan dan mencegah hujan. Aduk setiap 3–4 hari untuk memastikan fermentasi merata.
Pemeriksaan Kesiapan: Setelah 7–14 hari, kompos siap digunakan jika berwarna cokelat tua, berbau tanah, dan tidak lengket. Jika masih berbau busuk, lanjutkan fermentasi beberapa hari.
Aplikasi:
Taburkan kompos sebanyak 1–2 ton per hektar sebelum penanaman, atau campurkan ke bedengan dengan dosis 1 kg per meter persegi.
Untuk tanaman pot, campur kompos dengan tanah dalam rasio 1:3.
Keunggulan:
Meningkatkan kandungan organik tanah.
Mengurangi kebutuhan pupuk kimia hingga 70–80%.
Mendukung pertumbuhan mikroorganisme tanah yang bermanfaat.
2. Pupuk Cair (Pengganti Urea)
Deskripsi: Pupuk cair organik digunakan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, terutama pada fase awal. Ini adalah alternatif alami untuk pupuk urea kimia.
Bahan:
Buah-buahan kaya kalium (nangka, semangka, sirsak, pisang): 5–10 kg.
Gula merah: 1 kg.
Air: 10–15 liter.
EM4 (opsional): 100 ml.
Proses Pembuatan:
Persiapan Bahan: Potong buah-buahan menjadi potongan kecil untuk memudahkan fermentasi.
Fermentasi: Masukkan buah, gula merah, dan air ke dalam wadah kedap udara (misalnya, jeriken plastik). Tambahkan EM4 jika tersedia. Aduk hingga gula larut.
Penyimpanan: Simpan wadah di tempat teduh selama 7–10 hari. Buka tutup setiap 2 hari untuk melepaskan gas fermentasi.
Penyaringan: Setelah fermentasi selesai, saring cairan menggunakan kain halus. Simpan pupuk cair dalam botol tertutup.
Aplikasi:
Encerkan pupuk cair dengan air dalam rasio 1:100 (10 ml pupuk per liter air).
Semprotkan ke daun atau siram ke akar tanaman setiap 7–10 hari pada pagi atau sore hari.
Cocok untuk sayuran, padi, dan tanaman buah.
Keunggulan:
Cepat diserap tanaman, memberikan efek pertumbuhan yang terlihat dalam 3–5 hari.
Aman untuk lingkungan dan tidak menyebabkan kelebihan nutrisi.
Bahan baku mudah didapat di pasar tradisional.
3. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Organik
Deskripsi: ZPT organik digunakan untuk merangsang pembungaan, pembentukan akar, dan pertumbuhan tunas. Ini adalah alternatif untuk hormon pertumbuhan sintetis.
Bahan:
Rebung bambu atau kacang-kacangan (kacang hijau, kacang tanah): 2–3 kg.
Gula merah: 500 gram.
Air: 5 liter.
Proses Pembuatan:
Persiapan Bahan: Hancurkan rebung atau kacang-kacangan hingga halus.
Fermentasi: Campur bahan dengan gula merah dan air dalam wadah kedap udara. Aduk rata dan simpan selama 5–7 hari.
Penyaringan: Saring larutan menggunakan kain halus. Simpan dalam botol kaca atau plastik.
Aplikasi:
Encerkan ZPT dengan air dalam rasio 1:200 (5 ml per liter air).
Semprotkan ke daun atau rendam benih sebelum tanam untuk merangsang perkecambahan.
Gunakan setiap 7–10 hari pada fase pembungaan atau pertumbuhan awal.
Keunggulan:
Meningkatkan jumlah bunga dan buah hingga 20–30%.
Mendukung perkembangan akar yang kuat.
Proses pembuatan sederhana dan murah.
4. KCL Organik (Pengganti Pupuk Kalium Kimia)
Deskripsi: KCL organik memberikan kalium untuk mendukung pembentukan buah dan ketahanan tanaman terhadap stres lingkungan.
Bahan:
Limbah buah kaya kalium (kulit pisang, air kelapa, abu kayu): 5 kg.
Gula merah: 500 gram.
Air: 10 liter.
Proses Pembuatan:
Persiapan Bahan: Cacah kulit pisang atau campur abu kayu dengan air kelapa.
Fermentasi: Masukkan bahan ke dalam wadah, tambahkan gula merah dan air. Aduk dan tutup rapat. Fermentasi selama 7–10 hari.
Penyaringan: Saring larutan dan simpan dalam wadah tertutup.
Aplikasi:
Encerkan dengan air dalam rasio 1:100 (10 ml per liter air).
Siram ke akar atau semprotkan ke daun setiap 10–14 hari pada fase pembuahan.
Cocok untuk tanaman buah seperti tomat, cabai, dan mangga.
Keunggulan:
Meningkatkan kualitas dan ukuran buah.
Mengurangi risiko penyakit akibat kekurangan kalium.
Menggunakan limbah rumah tangga, sehingga ramah lingkungan.
Lanjut.......Bagaimana Metode Pembenah Tanah yang digunakan ?