Rumah Pangan Lestari di Yogyakarta: Gerakan Urban Farming Menuju Kemandirian Pangan
FIFARM--Rumah Pangan Lestari adalah program nasional dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang mendorong masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah secara optimal sebagai sumber pangan mandiri. Melalui konsep ini, setiap rumah tangga diajak mengelola lahan sempit—baik halaman, balkon, atap, maupun lahan tidur—untuk menanam sayur, buah, tanaman obat keluarga, hingga memelihara ternak kecil.
Prinsip utama Rumah Pangan Lestari mencakup:
-Optimalisasi lahan kecil melalui budidaya sayuran, buah, toga, dan ternak skala rumah tangga.
-Pengelolaan limbah organik menjadi pupuk kompos atau pupuk organik cair (POC).
-Diversifikasi pangan lokal agar keluarga tidak bergantung pada pasar dan lebih mandiri.
-Ramah lingkungan dengan penerapan teknologi seperti hidroponik, vertikultur, dan permakultur.
Ketika diterapkan dalam skala komunitas atau dusun, program ini dikenal sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)—gerakan kolektif menuju ketahanan pangan lokal yang berkelanjutan.
Sejarah Singkat dan Dukungan Pemerintah
Program RPL/KRPL mulai dijalankan sekitar tahun 2010 sebagai strategi pemerintah dalam menghadapi penurunan lahan pertanian akibat urbanisasi. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), program ini didukung oleh BPTP DIY dan Bappeda DIY melalui pelatihan hidroponik, pengelolaan kompos, dan edukasi urban farming.
Pandemi COVID-19 menjadi momentum penting, karena mendorong masyarakat untuk kembali ke konsep kemandirian pangan keluarga saat akses pasar terbatas.
Implementasi Rumah Pangan Lestari di Yogyakarta, Khususnya Sleman
Kabupaten Sleman menjadi contoh sukses penerapan KRPL di Yogyakarta. Beberapa komunitas dan inisiatif lokal telah membuktikan bahwa lahan sempit bukan hambatan untuk menghasilkan pangan sehat dan berlimpah.
1. Omah Paseduluran Sleman Gemah Ripah
Komunitas ini menjadi pionir urban farming di Sleman. Mereka membudidayakan sayuran hidroponik seperti bayam Brasil dan kangkung, serta melibatkan puluhan warga dalam pelatihan tanam dan panen.
Hasilnya, tiap bulan komunitas mampu memproduksi 50–100 kg sayur segar untuk 20–50 keluarga, menghemat pengeluaran pangan hingga 30% dan mengurangi sampah organik rumah tangga.
2. Jogja Berkebun
Gerakan sosial ini mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam pertanian perkotaan. Melalui workshop, media sosial, dan kegiatan agrowisata, Jogja Berkebun mengajak generasi muda untuk terlibat dalam pertanian berkelanjutan dan pengolahan hasil panen.
3. Kampung Ledhok Timoho
Dipimpin oleh perempuan tangguh seperti Sri Hariyani (Yani), kelompok tani di Ledhok Timoho mengelola kebun organik dengan kolam lele, cabai, dan bayam. Mereka telah mencapai swasembada pangan hingga 80% dan menjual surplus hasil panen untuk tambahan pendapatan.
4. Kampung Sayur Bausasran
Terletak di pinggiran Sungai Gajah Wong, kampung ini dikenal dengan plang Pekarangan Pangan Lestari. Warganya menanam telang, bayam, dan sayuran lokal lainnya untuk memperkuat ketahanan pangan perkotaan.
Metode yang umum digunakan di Yogyakarta mencakup hidroponik, vertikultur, dan aquaponik—teknik tanam modern yang cocok untuk lahan terbatas.
Cara Memulai Rumah Pangan Lestari di Rumah Anda
Ingin mencoba RPL di rumah? Anda bisa mulai dari langkah sederhana:
1. Gunakan pot atau wadah bekas untuk menanam sayur seperti kangkung, bayam, atau cabai.
2. Olah sampah dapur menjadi kompos alami untuk pupuk.
3. Gunakan air bekas cucian beras untuk menyiram tanaman.
4. Ikuti workshop gratis dari komunitas seperti Jogja Berkebun (@jogjaberkebun) atau hubungi Dinas Pertanian DIY untuk pelatihan RPL.